Swaraetam.com, Samarinda – Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) akan kembali digelar. Sejumlah nama mulai bermunculan sebagai Bakal Calon (Balon), seperti Isran Noor mantan Gubernur Kaltim sebelumnya, Rudi Mas’ud anggota DPR RI sekaligus Ketua DPD Partai Golkar Kaltim saat ini, Walikota Samarinda Andi Harun, dan Plt Gubernur Kaltim Akmal Malik.
Melihat situasi tersebut, mantan Ketua KPU Kaltim Rudiansyah pun menyampaikan pendapatnya. Ia mencatat bahwa belum ada perubahan yang signifikan terkait kontestan dalam Pilgub Kaltim tahun 2024 ini, mengingat semua Bakal Calon (Balon) yang muncul merupakan seorang pria.
“Menurut saya, sudah kesekian kali ketika Pilgub Kaltim. Para elit belum ada yang mampu menyediakan calon atau kandidat dari kaum hawa,” katanya saat diwawancarai via whatsapp oleh Disway Kaltim, Minggu (7/4/2024) malam.
Padahal, ungkapnya, apabila terdapat calon dari kaum hawa atau perempuan, itu bisa menjadi faktor utama dalam meraih kemenangan. Sebagai contoh, Ibu Hetifah, Anggota DPR RI perwakilan Kaltim ini, berhasil kembali duduk di Senayan dengan perolehan suara yang sangat besar, mencapai 146.023 suara.
“Ibu Hetifah ini memiliki pemilih yang loyal dan cerdas. Menurut saya ini sudah setengah kemenangan. Karena suara yang memilih Ibu Hetifah itu adalah suara loyalis yang cerdas, dan bukan pemilih transaksional,”jelas Rudiansyah.
“Apalagi jumlah kandidat di Pilgub itu akan terbatas. Sehingga justru menambah pasar pemilih seorang Hetifah dari unsur pemilih perempuan,” sambungnya.
Kemudian, ungkapnya, semua orang pasti mengetahui bahwa pada pemilu 2024 nanti sangat transaksional. Namun, di balik itu, terdapat anomali. Seseorang seperti Hetifah pasti mampu mengkristalkan suara pendukungnya yang loyalis, menjadikan mereka sebagai kekuatan pemilih cerdas tersendiri.
“Pemilih cerdas itu dapat diartikan seorang Hetifah telah mampu mendapatkan suara dengan melawan arus transaksional. Karena Hetifah Lebih membangunan komitmen kerja. Sehingga setelah menjadi wakil Kaltim di pusat. Hetifah telah banyak memberikan sesuatu yang positif dan melahirkan kepercayaan,” tutur pria yang akrab disapa Rudi ini.
Sekedar diketahui, transaksional secara harfiah berarti “sebuah transaksi atau terjadi pertukaran” . Atau bisa dikatakan suara pemilih akan diganti dengan sebuah hadiah.
Tapi, lanjutnya, bicara tentang pilkada, apabila kontestan hanya mengandalkan kekuatan logistik, itu cukup rawan atau lemah. Mengapa? Karena kontestan Pilgub nantinya sangat terbatas.
“Beda dengan pileg yang kontestannya ratusan dalam satu tingkatan. Karena terbatas, maka sesama kandidat akan sangat awas kepada kontestan lainnya. Sehingga kekuatan logistik belum tentu menemui ruang yang terbuka bahkan bisa jadi bumerang,” ujar Rudi.
Tetapi bagi figur yang sudah pernah berbuat untuk Kaltim, tentu memiliki tingkat kepercayaan yang lebih besar dan berujung pada tingkat keterpilihan yang lebih tinggi.
Justru, itulah kekuatan figur seperti Hetifah. Bahkan, siapapun yang berpasangan dengan Hetifah sudah memperoleh setengah dari pekerjaannya.
“Siapapun yang mampu bergandengan dengan Hetifah atau figrs seperti Hetifah memiliki kekuatan kapital sosial, bukan kapital modal. Yang sudah dianggap berbuat untuk Kaltim tentu sangat besar peluangnya,” tegasnya, lagi.
Dan berbicara khusus tentang Hetifah, selain memiliki basis pemilih yang cerdas, dia juga telah menjadi bagian dari keterwakilan perempuan dalam politik di Kaltim.
“Jadi, apabila mau melihat pandangan akar rumput pemilih. Sudah saatnya para elit parpol mengajukan calon se-kualitas Hetifah dan atau figur-figur lain seperti Hetifah,” pungkasnya.