Swaraetam.com, Samarinda – Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia (KB PII) Samarinda di bawah kepemimpinan Ketua terpilih periode 2024-2028, Baharunsyah, menegaskan komitmennya untuk menjalin kemitraan dengan semua pihak demi kemajuan umat dan bangsa.
Sebagai informasi, KB PII Samarinda telah mengadakan Musyawarah Daerah (Musda) untuk memilih calon ketua pada malam Minggu, 30 Juni 2024 di Samarinda. Pergantian kepemimpinan dilakukan dari Ketua periode sebelumnya, Sugianto, kepada Baharunsyah.
Setelah terpilih sebagai Ketua KB PII Samarinda, Baharunsyah berencana untuk mengembangkan peran organisasi dengan lebih luas. Salah satunya adalah menjalin silaturahmi dengan berbagai organisasi lain yang memiliki visi sejalan. Selain itu, Baharunsyah juga akan mengatur struktur kepengurusan dan merancang program kerja untuk empat tahun ke depan.
Bayong, sapaan akrabnya, juga menegaskan sikap KB PII Samarinda dalam menghadapi tahun politik saat ini, mengingat Kaltim akan menghadapi pemilihan kepala daerah serentak pada 2024. “Sikap KB PII Samarinda adalah tidak mendukung calon tertentu karena kita bukan organisasi pragmatis yang terlibat dalam politik praktis,” katanya dalam konferensi pers setelah Musyawarah Daerah (Musda).
Namun, ia hanya menetapkan kriteria tentang siapa yang seharusnya menjadi calon pemimpin yang harus dipilih oleh masyarakat, yaitu pemimpin yang peduli terhadap pendidikan. Baginya, ini sejalan dengan tujuan dari organisasi PII sendiri, yaitu mencapai kesempurnaan pendidikan sesuai dengan nilai-nilai Islam dan peradaban.
Menurutnya, pendidikan adalah kunci utama kemajuan sebuah daerah. Ada banyak aspek dalam pendidikan yang perlu diperhatikan oleh calon pemimpin yang akan bersaing pada Pilkada 2024 mendatang. Bayong menyoroti nasib guru, terutama guru honorer, yang masih jauh dari kata sejahtera.
“Tidak ada pemimpin besar yang berhasil tanpa dukungan dari para guru mereka dahulu. Oleh karena itu, keberadaan guru-guru saat ini seharusnya menjadi fokus perhatian bagi calon pemimpin yang akan datang. Jangan hanya terpaku pada visi misi pembangunan yang besar, namun kesejahteraan para guru janganlah diabaikan,” tegasnya.
Permasalahan lain dalam pendidikan adalah masalah perundungan di kalangan pelajar, yang masih sering menjadi sorotan dalam pemberitaan media massa. Bayong mendorong agar semua sekolah di Samarinda memasukkan kurikulum anti-bullying ke dalam pembelajaran. Menurutnya, materi ini harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini hingga remaja, sambil memberikan perhatian khusus kepada korban perundungan.
“Justru pihak dinas harus merangkul, menjadi advokasi atau jembatan agar tidak ada lagi aksi perundungan di antara anak-anak,” katanya.
Bayong juga mengajukan usulan untuk memasukkan nama pendiri PII, Yusdi Ghazali, sebagai tokoh pahlawan nasional. Hal ini karena Yusdi Ghazali tergabung dalam angkatan yang sama dengan Lafran, pendiri organisasi HMI. PII sendiri telah berdiri sejak tahun 1947 dan memiliki banyak alumni terkenal seperti Dahlan Iskan, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan mantan Menteri BUMN Sofyan Jalil, serta banyak lagi. Beberapa alumni bahkan kini menjabat sebagai menteri, seperti Muhadjir Effendi yang menjabat sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
“Saya usulkan agar Yusdi Ghazali pendiri PII juga sejajar dengan pahlawan nasional. Karena PII ini sudah berperan sangat besar untuk ummat dan negara ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi usulan saat muktamar di Jakarta bulan september nanti,” tegasnya.
Sementara itu ketua sebelumnya Sugianto juga menyampaikan hal serupa. Ia berkata PII tidak boleh terlihat kegiatan politik praktis.
“Dari dulu kita menolak ikut-ikut politik praktis,” ujarnya.
Sugianto pun berpesan agar kepengurusan setelahnya bisa menjalankan roda organisasi lebih baik lagi dari sebelumnya. Selain itu KB PII Samarinda juga ditekankan untuk mendukung kegiatan dari pengurus PII yang masih aktif.
“Tugas kita ini sebagai alumni, adalah men support adik-adik kita di kepengurusan. Jangan sampai kita yang besar, nanti adik-adik kita malah sebaliknya,” pesannya.
Diketahui, Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan organisasi pelajar tertua di Indonesia, didirikan pada tanggal 4 Mei 1947 di Yogyakarta oleh Yusdi Ghazali.