Swaraetam.com – Pada Minggu malam (22/12) sekitar pukul 20.00 WITA, saya mendapat kabar dari Dr. Meiliana bahwa Bapak Awang Faroek Ishak tengah dirawat di ICU RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan. Kondisinya dilaporkan kritis dan terus diawasi ketat oleh tim medis karena kesehatannya yang semakin memburuk.
Hanya satu jam berselang, kabar duka datang: Bapak Awang Faroek Ishak telah berpulang ke rahmatullah pada pukul 21.00 WITA dalam usia 76 tahun. “Beliau tiba dari Samarinda ke Balikpapan siang hari sekitar pukul 11.00. Kondisinya langsung drop dan ditangani di ICU. Namun, Allah telah menentukan takdir-Nya,” ungkap Direktur RSUD Kanujoso, dr. Edy Iskandar.
Berita tentang kepergian tokoh besar ini dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial. Ucapan duka dan belasungkawa mengalir dari berbagai kalangan, termasuk dari Pemprov Kaltim, yang turut mendoakan agar almarhum diterima di sisi Allah SWT dengan husnul khotimah.
Pada malam yang sama, Penjabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik dan Sekretaris Daerah Provinsi Sri Wahyuni turut hadir di RSUD Kanujoso untuk memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum. Jenazah kemudian dibawa ke rumah duka di Jl. Barito 18, Samarinda, dan dijadwalkan dimakamkan hari ini (Senin) di Pemakaman Sukarame, Tenggarong, kampung halaman almarhum. Sebelum dimakamkan, jenazah akan disalatkan di Masjid Nurul Mu’minin, masjid yang dibangun pada masa kepemimpinannya di belakang Lamin Etam.
Akmal Malik turut mengangkat keranda jenazah dan menyampaikan pesan penuh penghormatan. “Kita kehilangan seorang tokoh besar yang sangat berjasa. Almarhum adalah sosok luar biasa yang dikenang banyak orang. Kita semua bersaksi bahwa beliau adalah pribadi yang sangat baik. Insyaallah, beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT,” ungkapnya.
Awang Faroek Ishak, lahir di Tenggarong pada 31 Juli 1948, dikenal sebagai seorang akademisi, politisi, dan birokrat yang andal. Beliau meraih berbagai gelar akademik dari institusi ternama, termasuk IKIP Malang dan Universitas Indonesia, serta mendapat pengakuan sebagai profesor tamu dari Universitas Victoria, Australia.
Kariernya dimulai pada tahun 1973 sebagai staf di Kantor Gubernur Kaltim, sebelum melanjutkan perjalanan sebagai dosen dan menjabat sebagai Pembantu Rektor III di Universitas Mulawarman. Dalam dunia politik, Awang Faroek mengabdikan diri sebagai anggota DPR RI selama dua periode (1987-1997), Bupati Kutai Timur, dan akhirnya Gubernur Kalimantan Timur selama dua periode berturut-turut (2008-2018).
Selama masa kepemimpinannya, Awang Faroek Ishak mendorong berbagai proyek pembangunan strategis di Kalimantan Timur, seperti Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Jembatan Pulau Balang, dan Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. Salah satu inisiatif besar yang ia perjuangkan dengan penuh dedikasi adalah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy di Kutai Timur.
Meskipun kesehatannya menurun akibat stroke yang dialaminya saat menjabat sebagai gubernur, semangatnya untuk mengabdi tidak pernah surut. Bahkan dalam kondisi harus menggunakan kursi roda, beliau tetap menjalankan tugas dan tanggung jawabnya hingga akhir hayat.
Awang Faroek Ishak meninggalkan jejak yang mendalam bagi Kalimantan Timur. Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya, banyak pihak mengusulkan agar Jalan Tol Balikpapan-Samarinda diberi nama Jalan Tol Awang Faroek Ishak. Komitmennya yang luar biasa dalam pengembangan lingkungan, pendidikan, dan infrastruktur membuatnya layak dikenang sebagai “Bapak Pembangunan Kaltim.”
Di luar kesibukannya, beliau dikenal sebagai sosok yang energik, gemar bernyanyi, dan bermain golf. Semangat hidup yang ia tunjukkan menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekitarnya.
Kini, Kalimantan Timur kehilangan salah satu putra terbaiknya. Semoga amal dan pengabdian beliau diterima di sisi Allah SWT. Selamat jalan, Pak Awang. Husnul khotimah, insyaallah.